Jangan Remehkan Kekerasan Verbal Antar Anak-Anak

Seminggu yang lalu saya di kejutkan dengan cerita Daya anak saya yang masih duduk di kelas empat SD yang menonjok teman sekelasnya pada jam istirahat,cerita ini di sampaikannya waktu saya menjemputnya pulang di sekolah dengan nada suara yang masih emosi dia bilang  "menghajar" temannya,yang selalu mengejek,menghina dengan kata-kata yang menurut saya agak aneh yaa..(di-bilang beler,mabok,teler..)kebetulan beberapa temannya mendukung ceritanya,memang saya selalu menasihati anak saya untuk lebih baik diamkan saja tidak membalas kalo ada teman yang berbuat tidak menyenangkan,tapi kali ini sepertinya dia sudah tidak tahan lagi,karena selama ini selalu diam,tanpa berpikir panjang saya langsung mencari temannya yang di maksud untuk memastikan apa betul  yang terjadi,tetapi syang anak itu sudah pulang,lalu saya berinisiatif langsung menceritakan kejadian ini kepada seorang guru piket

Mengingat kejadian yang masih segar di beritakan tentang pertengkaran anak kelas dua sekolah dasar yang berujung maut,yang bermula karena pelaku tidak terima di ejek temannya,hmmm…. merinding saya,Sebenarnya sudah sering kali Daya "mengadu" pada saya tentang kelakuan temannya istilahnya main kata-kataan yang sebenarnya lebih kepada umpatan,hinaan atau ejekkan,terus terang saya tidak terlalu hiraukan,saya pikir khas anak-anak yaa..biasa saja,karena biasanya  tidak lama mereka akan berbaikkan dan bermain lagi seperti biasa dan melupakan apa yang terjadi.

angan Remehkan Kekerasan Verbal Antar Anak-Anak



   Ternyata  Kekerasan verbal antar anak jangan di remehkan,anak-anak cenderung sering melakukan kekerasan verbal antar sesamanya,bahasa sebagai pengantar komunikasi seringkali berubah menjadi alat kekerasan pada anak-anak tanpa mereka sadari,bolehjadi sebagai orangtua sudah yakin selalu berusaha mendidik dan mengajarkan anak untuk selalu sopan,santun dan lemah lembut dalam bertutur kata kepada siapa saja,termasuk temannya.di dalam rumah bisa kita pantau tetapi begitu mereka sudah berada di luar jangkauan kita seperti di sekolah atau tempat bermain lainnya kita tidak tau,dan kekerasan verbal biasanya akan berujung menjadi kekerasan fisik

   Yang memperihatinkan ternyata anak-anak bisa berkata-kata kasar atau kotor,seringkali di dapat dari orangtua atau orang dewasa di sekitar mereka anak-anak yang sering mendengar orangtuanya berkata kasar dan kotor cenderung akan meniru apa yang mereka lihat dan dengar,selain itu lingkungan dan tontonan,juga mempengaruhi perbendaharaan kata mereka termasuk kata kasar dan kotor,karena anak kadang mengucapkan kata-kata yang mereka sendiri tanpa tau apa makna dan imbas dari kata-kata itu jika di ucapkan.

   Kekerasan verbal antar anak yang apabila tidak ditanggapi secara serius bisa berdampak besar bagi mereka seperti kepercayaan diri yang berkurang,muncul perasaan tidak berdaya,jika terjadi di sekolah menjadi tidak semangat sekolah mengakibatkan prestasi belajarnya menurun,melemahkan sisi kreatifitasnya,memicu sikap agresif pada anak sebagai bentuk pembelaan diri,dan kesulitan berhubungan dan bersosialisasi dengan teman.
      
      Saya bersyukur meski sering mendapatkan kekerasan verbal dari temannya tidak sampai mengikis rasa percaya diri Daya,sebagai orangtua kita harus lebih peka lagi dengan kondisi anak serta lingkungan pergaulan anak-anak kita,orangtua harus selalu bisa menjadi contoh yang baik bagi anak pendekatan,kasih sayang,perhatian dan  komunikasi yang baik akan bisa melindungi dan mencegah mereka melakukan kekerasan verbal,jangan lupa terus jalin komunikasi dengan guru dan tetangga yang baik,agar kalo terjadi pertengkaran pada anak tidak terjadi salah paham.

         Daya sekarang sudah memaafkan dan bermain lagi dengan temannya setelah guru menasihati dan memanggil orangtuanya,semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi.




       

      




Write a comment