Ibu Digital, Yuk! Melek Ekonomi Digital, Kenali Lebih Dekat Pembayaran Non Tunai
Transaksi non tunai memberikan keleluasaan anggaran, terutama ibu-ibu ya kan kadang suka lupa uangnya di beli untuk apa aja, apalagi kalau uang yang di habiskan sering di anggap seperti recehan saja, Padahal kalau di kumpulkan ya ternyata lumayan. Uang non-tunai memungkinkan pencatatan transaksi yang lebih rapih dan uang kecil jadi terasa bernilai. Tak perlu kembalian permen.
Ibu-ibu adalah salah satu kelompok paling digital. Setidaknya itu yang saya rasakan. Sebagai ibu tidak terbayangkan sebelumnya, hari ini banyak ibu sangat akrab sekali dengan penggunaan berbagai perangkat digital.
Padahal dahulu, berpikir saja rasanya aneh. Apa perlunya buat ibu menggunakan gadget dan berbagai perangkat digital. Kesehariannya toh diseputar anak, perangkat dapur, rumah tangga, bersih-bersih, mencuci, masak dan aneka tugas domestik rumah tangga lainnya. Gaya banget! Hmmm... Ibu Masa Kini dan Dunia Digital
Situasi yang jauh berbeda. Hari ini berbagai perangkat digital menjadi bagian tak terpisahkan pada ibu-ibu. Penggunaannya telah bergeser menjadi bukan lagi sebagai gaya hidup, tetapi juga sebagai kebutuhan, karena sangat membantu efektifitas, efisiensi dan produktivitas ibu rumah tangga. Dengan bantuan perangkat digital ibu tidak perlu waktu lama lagi untuk menanak nasi, cukup tekan tombol on magic com, lima belas menit jadi.
Mencuci baju, bukan lagi pekerjaan yang memakan waktu, dengan bantuan mesin cuci, ibu bisa melakukan pekerjaan lain sementara mesin cuci bekerja. Dan banyak pekerjaan ibu rumah tangga lainnya yang kini jadi semakin mudah, murah dan cepat berkat bantuan teknologi digital.
Pun dengan penggunaan gadget berbagai perangkat komunikasi digital. Aneka gadget dan smartphone adalah barang yang umum ditenteng ibu-ibu selain kantong belanja. Karena banyak keperluan yang membantu aktivitas ibu bisa dilakukan dengan bantuan gadget. Termasuk untuk urusan anak-anak dan sosial. Sehingga seiring dengan itu mobilitas ibu juga bertambah, ibu-ibu hari ini bukan lagi menjadi sebagai "penunggu rumah" tetapi bisa eksis di luar rumah.
Mulai menjadi ibu di saat perkembangan dan penggunaan era digital semakin masif, saya sangat bersyukur cukup adaptif dalam penggunaan teknologi digital. Meski tidak dapat di bilang selalu up to date, namun sedikit banyak saya bisa mencari informasinya dengan mudah. Nyata adanya kehadiran perangkat digital memberi dampak perubahan ke segala macam bidang, area, sektor, dan sendi kehidupan manusia. Berbagai perubahan ini memberikan banyak dampak hingga hal paling mendasar kebutuhan manusia. Salah satunya dalam hal ekonomi, membawa dampak ekonomi digital. Apa Itu Ekonomi Digital?
Ekonomi digital secara singkat adalah segala bentuk kegiatan ekonomi dan bisnis melalui pasar yang berbasis data internet, hasil kombinasi ekonomi konvensional dengan teknologi yang didasarkan pada teknologi komputerisasi.
Kehadiran ekonomi digital dengan perangkat lunak dan pengetahuan digital terus tumbuh dari tahun ke tahun. Dan kini menjadi kunci pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan setengah penduduk menggunakan teknologi digital, kegiatan ekonomi digital adalah hal yang sangat biasa dan lumrah dapat kita lihat hari ini.
Kehadiran internet, komputer, tablet, smartphone dengan berbagai sistem operasinya menawarkan banyak jawaban, meskipun kita terlambat mengetahui berbagai hal di masa sekarang. Bisa dibilang tidak ada orang yang dapat dikatakan ketinggalan zaman, ketika mereka memiliki smartphone di genggaman. Ekonomi Digital Tantangan Dan Peluang Untuk Ibu
Memberi banyak kemudahan, namun di sisi lain, bagi ibu-ibu keberadaan ekonomi digital juga memberikan tantangan yang lebih berat. Kehadirannya berdampak pada perubahan pola konsumsi dan belanja ibu-ibu masa kini, baik dari cara pembelian dan cara pembayaran. Membeli bahan makanan secara online, mencari kebutuhan anak-anak, fashion, style dan segala kebutuhan harian bisa didapat cukup dengan sekali klik dan bayar sekali gesek. Ukuran dompet yang
membawa uang cash semakin menipis, uang tidak lagi berbentuk fifik, namun berubah bentuk menjadi aneka kartu yang siap dikeluarkan sebagai pembayaran non tunai seperti kartu kredit, debit, uang elektronik atau bayar langsung dari handphone dengan aneka aplikasi finntech.
Nah, karena kemudahan ini. Perkara belanja di era ekonomi digital, menuntut setiap ibu untuk lebih berpikir cermat dan hati-hati. Bagaimana merancang anggaran yang akan memungkinkan sepenuhnya pemanfatan ekonomi dengan lebih baik. Maklum ya kan kaum perempuan, ibu-ibu gitu loh, kalau kurang-kurang kontrol suka lapar mata, bisa jadi kompulsif urusan belanja. Banyak cerita dramatis tentang ini kita dengar. Ditengah godaan dunia maya yang eksplosif, diperlukan kebijakan, sehingga ibu tidak kebablasan. Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
Bicara tentang cara pembayaran non tunai. Siapa yang sudah tahu kalau ini ternyata bagian dari sebuah Gerakan Nasional? Iyes, sejak tahun 2014, pemerintah melalui Bank Indonesia sedang terus melakukan upaya untuk mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang salah satu gebrakkan awal dari pelaksanaan gerakan nasional ini adalah penghapusan penggunaan uang cash pada pembayaran tarif jalan tol. Wah, ini saya baru mudeng, meski ingat banyak berita heboh tentang ini, dulu saya kira ini hanya sebuah kebijakkan biasa saja.
Ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, program GNTT diharapkan berangsur-angsur akan membentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) atau cashless society dalam melakukan transaksi kegiatan ekonominya. Bukan hanya itu, pelaku bisnis, pihak swasta dan juga lembaga-lembaga pemerintahan juga akan menggunakan sarana pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi keuangan.
Dibandingkan negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik non tunai masyarakat Indonesia relatif masih rendah, terutama dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar. Masih banyak potensi dan diperlukan perluasan akses layanan sistem pembayaran non tunai di Indonesia.
Karena itulah Bank Indonesia sebagai leader dalam penyediaan layanan sistem pembayaran, merasakan pentingnya untuk memiliki visi yang sama dalam membangun komitmen yang kuat dalam mendorong penggunaan transaksi non tunai oleh masyarakat yang mewujudkan Less Cash Society.
Bank Indonesia juga mendorong dan mengapresiasi penyelenggara sistem pembayaran lainnya untuk mengikuti langkah strategis ini, demi terwujudnya masyarakat yang menggunakan pembayaran non tunai agar sejalan dengan semangat meningkatkan efisiensi dalam sistem transakasi keuangan. Pembayaran Non-Tunai Ibu-ibu, Yuk! Kenali Jenis-Jenis Pembayaran Non-Tunai
Sebagai pemegang kunci dan kerap dominan dalam urusan keuangan rumah tangga. Soal pembayaran non-tunai, kemungkinan ibu-ibu sudah pada bisa lah yaa!? Tapi sejauh mana mengetahui dan kenal dengan berbagai macam jenis dan alat pembayaran non tunai? Ini pun masih peer sih untuk saya. Sama-sama belajar… Yuk! cari tahu dan kenali jenis pembayaran non-tunai Alat pembayaran non-tunai terdiri dari dua macam yaitu:
1. Alat pembayaran Mengguunakan Kartu (APMK)
2. Uang Elektronik
Alat pembayaran berbasis kartu sebenarnya telah cukup lama digunakan, yaitu sejak tahun 2007. Secara perlahan sejak saat itu masyarakat mulai mengenal dan tertarik menggunakan kartu sebgai alat pembayaran non tunai, untuk aneka keperluan. Namun, belum semua orang menyakini dan percaya untuk menggunakannya sebagai alat pembayaran. Kekhawatiran akan faktor keamanan dan penyimpanan menjadi alasan.
Saat ini rasa kekhawatiran akan keamanan sudah cukup dapat diminimalisir, transaksi non tunai, perlahan namun pasti mulai beranjak menjadi bagian dari gaya hidup kekinian yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi. Ibu-ibu Digital telah menemukan cara belanja dengan efektif dengan memanfaatkan ekonomi digital, diantaranya secara online, inilah cara yang nyaman dan santai untuk mendapatkan semua yang dibutuhkan keluarga. Tanpa terikat dari jadwal yang padat, waktu yang sempit atau harus rempong membawa anak-anak ke toko dan membawa belanjaan. Sedikit banyak mengurangi tingkat stres lah yaa, dan ibu jadi mungkin sekali menghabiskan waktu berkualitas bersama anak, atau melakukan 'Me time' yang tenang.
Keuntungan Pembayaran Non-Tunai
Selain itu banyak keuntungan jika membiasakan diri menggunakan pembayaran non-tunai. Berdasarkan pengalaman pribadi saya selama ini, ketika membayar secara non-tunai diantaranya:
1. Lebih nyaman, hemat waktu dan tenaga
Ini sudah sedkit diungkap di atas ya. Kemudahan melakukan transaksi keuangan mungkin adalah hal yang paling bikin enak. Tidak perlu lagi rempong membawa banyak uang tunai,atau bahkan mengantri di penarikan ATM juga tidak perlu menunggu uang kembalian yang kadang sulit diperoleh
2. Banyak diskon, promo dan hadiah
Pembayaran non-tunai memberikan kesenangan karena ada saja promo atau diskon spesial yang ditawarkan penyelenggara pembayaran, terutama di hari-hari besar, hari-hari spesial, bahkan di saat hari genting saat saldo sudah menipis, duhh! Ini penolong banget.
3. Hemat dan disiplin anggaran
Transaksi non tunai memberikan keleluasaan anggaran, terutama ibu-ibu ya kan kadang suka lupa uangnya dibeli untuk apa aja, apalagi kalau uang yang dihabiskan sering dianggap seperti recehan saja, Padahal kalau dikumpulkan ya ternyata lumayan. Uang non-tunai memungkinkan pencatatan transaksi yang lebih rapih dan uang kecil jadi terasa bernilai. Tak perlu kembalian permen.
4. Ibu-ibu memiliki kemungkinan besar menjadi pemain di bisnis ekonomi digital, dalam arti bukan hanya sebatas menjadi konsumen. Pengguna pembayaran non-tunai yang lebih baik memberikan peluang usaha yang cocok untuk ibu-ibu, seperti online shop, jasa titip dan lain-lainnya
5. Bagian dari pelestarian lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan uang cash, berarti mengurangi penggunaan kertas sebagai bahan baku pembuatan uang kertas dan atau mineral pembentuk logam sebagai bahan baku pembuatan uang logam
6. Resiko rendah jadi korban kejahatan secara langsung. Orang jahat mana yang nggak ngiler kalau lihat seseorang bawa uang banyak. Transaksi dengan cara non-tunai akan meminimalisir kesempatan orang berbuat jahat.
Untuk poin terakhir memang tidak bisa dipungkiri, dalam hal apapun selalu saja ada celah bagi pelaku kejahatan melancarkan aksinya. Kejahatan di dunia ekonomi digital mempunyai konsekuensi hukum yang berat. Beberapa kejahatan di dunia digital atau cyber crime yang harus diwaspadai diantaranya adalah Malware, phising, skimming dan pembajakan sim Card.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, waspada dan teliti diperlukan ketika melakukan transaksi non tunai, supaya lebih tenang dan merasa yakin saat bertransaksi secara non tunai. Nah, ada tips nih dari Bank Indonesia yang bisa digunakan:
Selain itu, sebagai upaya perlindungan konsumen Bank Indonesia menjamin adanya kepastian hukum dalam perlindungan kepada konsumen jasa pembayaran. Konsumen jasa pembayaran adalah setiap pihak individu yang memanfaatkan jasa pembayaran dari penyelenggara untuk kepentingan diri sendiri bukan untuk diperdagangkan.
Ruang Lingkup perlindungan konsumen ini antara lain:
1. Instrumen pemindahan dan penarikan dana
2 APMK (Kredit, Debit atau ATM)
3. Transfer dana
4. Uang Elektronik
5. Penyediaan dan penyetoran uang rupiah
6. Penyelenggaraan sistem pembayaran lainnya
Adapun fungdi perlindungan konsumen ini adalah untuk:
1. Edukasi, memberikan pemahaman produk sistem pembayaran kepada masyarakat
2. Konsultasi, mengenai permasalahan penggunaan
3. Produk sistem pembayaran
4. Fasilitasi, upaya penyelesaian sengketa perdata antara konsumen
Jika memiliki masaah dengan layanan pembayaran ini, kotak pengaduan Bank Indonesia siap melayani di sini:
Semakin terbiasanya kita menggunakan transaksi non tunai, akan mempercepat kesuksesan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) Ibu sebagai pemegang banyak keputusan keuangan juga semakin cerdas membelanjakan uangnya.
Ibu digital biasanya tahu yang terbaik karena melakukan penelitian online sebelum melakukan pembelian dan penelitian ini lebih intensif daripada pengguna online lainnya, ya nggak?! Dan, Semakin pintar menjadi ibu digital harus dibarengi dengan kemampuan sebagai ibu digital yang melek ekonomi digital lebih baik.
Padahal dahulu, berpikir saja rasanya aneh. Apa perlunya buat ibu menggunakan gadget dan berbagai perangkat digital. Kesehariannya toh diseputar anak, perangkat dapur, rumah tangga, bersih-bersih, mencuci, masak dan aneka tugas domestik rumah tangga lainnya. Gaya banget! Hmmm... Ibu Masa Kini dan Dunia Digital
Situasi yang jauh berbeda. Hari ini berbagai perangkat digital menjadi bagian tak terpisahkan pada ibu-ibu. Penggunaannya telah bergeser menjadi bukan lagi sebagai gaya hidup, tetapi juga sebagai kebutuhan, karena sangat membantu efektifitas, efisiensi dan produktivitas ibu rumah tangga. Dengan bantuan perangkat digital ibu tidak perlu waktu lama lagi untuk menanak nasi, cukup tekan tombol on magic com, lima belas menit jadi.
Mencuci baju, bukan lagi pekerjaan yang memakan waktu, dengan bantuan mesin cuci, ibu bisa melakukan pekerjaan lain sementara mesin cuci bekerja. Dan banyak pekerjaan ibu rumah tangga lainnya yang kini jadi semakin mudah, murah dan cepat berkat bantuan teknologi digital.
Pun dengan penggunaan gadget berbagai perangkat komunikasi digital. Aneka gadget dan smartphone adalah barang yang umum ditenteng ibu-ibu selain kantong belanja. Karena banyak keperluan yang membantu aktivitas ibu bisa dilakukan dengan bantuan gadget. Termasuk untuk urusan anak-anak dan sosial. Sehingga seiring dengan itu mobilitas ibu juga bertambah, ibu-ibu hari ini bukan lagi menjadi sebagai "penunggu rumah" tetapi bisa eksis di luar rumah.
Mulai menjadi ibu di saat perkembangan dan penggunaan era digital semakin masif, saya sangat bersyukur cukup adaptif dalam penggunaan teknologi digital. Meski tidak dapat di bilang selalu up to date, namun sedikit banyak saya bisa mencari informasinya dengan mudah. Nyata adanya kehadiran perangkat digital memberi dampak perubahan ke segala macam bidang, area, sektor, dan sendi kehidupan manusia. Berbagai perubahan ini memberikan banyak dampak hingga hal paling mendasar kebutuhan manusia. Salah satunya dalam hal ekonomi, membawa dampak ekonomi digital. Apa Itu Ekonomi Digital?
Ekonomi digital secara singkat adalah segala bentuk kegiatan ekonomi dan bisnis melalui pasar yang berbasis data internet, hasil kombinasi ekonomi konvensional dengan teknologi yang didasarkan pada teknologi komputerisasi.
Kehadiran ekonomi digital dengan perangkat lunak dan pengetahuan digital terus tumbuh dari tahun ke tahun. Dan kini menjadi kunci pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan setengah penduduk menggunakan teknologi digital, kegiatan ekonomi digital adalah hal yang sangat biasa dan lumrah dapat kita lihat hari ini.
Kehadiran internet, komputer, tablet, smartphone dengan berbagai sistem operasinya menawarkan banyak jawaban, meskipun kita terlambat mengetahui berbagai hal di masa sekarang. Bisa dibilang tidak ada orang yang dapat dikatakan ketinggalan zaman, ketika mereka memiliki smartphone di genggaman. Ekonomi Digital Tantangan Dan Peluang Untuk Ibu
Memberi banyak kemudahan, namun di sisi lain, bagi ibu-ibu keberadaan ekonomi digital juga memberikan tantangan yang lebih berat. Kehadirannya berdampak pada perubahan pola konsumsi dan belanja ibu-ibu masa kini, baik dari cara pembelian dan cara pembayaran. Membeli bahan makanan secara online, mencari kebutuhan anak-anak, fashion, style dan segala kebutuhan harian bisa didapat cukup dengan sekali klik dan bayar sekali gesek. Ukuran dompet yang
membawa uang cash semakin menipis, uang tidak lagi berbentuk fifik, namun berubah bentuk menjadi aneka kartu yang siap dikeluarkan sebagai pembayaran non tunai seperti kartu kredit, debit, uang elektronik atau bayar langsung dari handphone dengan aneka aplikasi finntech.
Nah, karena kemudahan ini. Perkara belanja di era ekonomi digital, menuntut setiap ibu untuk lebih berpikir cermat dan hati-hati. Bagaimana merancang anggaran yang akan memungkinkan sepenuhnya pemanfatan ekonomi dengan lebih baik. Maklum ya kan kaum perempuan, ibu-ibu gitu loh, kalau kurang-kurang kontrol suka lapar mata, bisa jadi kompulsif urusan belanja. Banyak cerita dramatis tentang ini kita dengar. Ditengah godaan dunia maya yang eksplosif, diperlukan kebijakan, sehingga ibu tidak kebablasan. Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
Bicara tentang cara pembayaran non tunai. Siapa yang sudah tahu kalau ini ternyata bagian dari sebuah Gerakan Nasional? Iyes, sejak tahun 2014, pemerintah melalui Bank Indonesia sedang terus melakukan upaya untuk mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang salah satu gebrakkan awal dari pelaksanaan gerakan nasional ini adalah penghapusan penggunaan uang cash pada pembayaran tarif jalan tol. Wah, ini saya baru mudeng, meski ingat banyak berita heboh tentang ini, dulu saya kira ini hanya sebuah kebijakkan biasa saja.
Ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, program GNTT diharapkan berangsur-angsur akan membentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) atau cashless society dalam melakukan transaksi kegiatan ekonominya. Bukan hanya itu, pelaku bisnis, pihak swasta dan juga lembaga-lembaga pemerintahan juga akan menggunakan sarana pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi keuangan.
Dibandingkan negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik non tunai masyarakat Indonesia relatif masih rendah, terutama dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar. Masih banyak potensi dan diperlukan perluasan akses layanan sistem pembayaran non tunai di Indonesia.
Karena itulah Bank Indonesia sebagai leader dalam penyediaan layanan sistem pembayaran, merasakan pentingnya untuk memiliki visi yang sama dalam membangun komitmen yang kuat dalam mendorong penggunaan transaksi non tunai oleh masyarakat yang mewujudkan Less Cash Society.
Bank Indonesia juga mendorong dan mengapresiasi penyelenggara sistem pembayaran lainnya untuk mengikuti langkah strategis ini, demi terwujudnya masyarakat yang menggunakan pembayaran non tunai agar sejalan dengan semangat meningkatkan efisiensi dalam sistem transakasi keuangan. Pembayaran Non-Tunai Ibu-ibu, Yuk! Kenali Jenis-Jenis Pembayaran Non-Tunai
Sebagai pemegang kunci dan kerap dominan dalam urusan keuangan rumah tangga. Soal pembayaran non-tunai, kemungkinan ibu-ibu sudah pada bisa lah yaa!? Tapi sejauh mana mengetahui dan kenal dengan berbagai macam jenis dan alat pembayaran non tunai? Ini pun masih peer sih untuk saya. Sama-sama belajar… Yuk! cari tahu dan kenali jenis pembayaran non-tunai Alat pembayaran non-tunai terdiri dari dua macam yaitu:
1. Alat pembayaran Mengguunakan Kartu (APMK)
2. Uang Elektronik
Saat ini rasa kekhawatiran akan keamanan sudah cukup dapat diminimalisir, transaksi non tunai, perlahan namun pasti mulai beranjak menjadi bagian dari gaya hidup kekinian yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi. Ibu-ibu Digital telah menemukan cara belanja dengan efektif dengan memanfaatkan ekonomi digital, diantaranya secara online, inilah cara yang nyaman dan santai untuk mendapatkan semua yang dibutuhkan keluarga. Tanpa terikat dari jadwal yang padat, waktu yang sempit atau harus rempong membawa anak-anak ke toko dan membawa belanjaan. Sedikit banyak mengurangi tingkat stres lah yaa, dan ibu jadi mungkin sekali menghabiskan waktu berkualitas bersama anak, atau melakukan 'Me time' yang tenang.
Keuntungan Pembayaran Non-Tunai
Selain itu banyak keuntungan jika membiasakan diri menggunakan pembayaran non-tunai. Berdasarkan pengalaman pribadi saya selama ini, ketika membayar secara non-tunai diantaranya:
1. Lebih nyaman, hemat waktu dan tenaga
Ini sudah sedkit diungkap di atas ya. Kemudahan melakukan transaksi keuangan mungkin adalah hal yang paling bikin enak. Tidak perlu lagi rempong membawa banyak uang tunai,atau bahkan mengantri di penarikan ATM juga tidak perlu menunggu uang kembalian yang kadang sulit diperoleh
2. Banyak diskon, promo dan hadiah
Pembayaran non-tunai memberikan kesenangan karena ada saja promo atau diskon spesial yang ditawarkan penyelenggara pembayaran, terutama di hari-hari besar, hari-hari spesial, bahkan di saat hari genting saat saldo sudah menipis, duhh! Ini penolong banget.
3. Hemat dan disiplin anggaran
Transaksi non tunai memberikan keleluasaan anggaran, terutama ibu-ibu ya kan kadang suka lupa uangnya dibeli untuk apa aja, apalagi kalau uang yang dihabiskan sering dianggap seperti recehan saja, Padahal kalau dikumpulkan ya ternyata lumayan. Uang non-tunai memungkinkan pencatatan transaksi yang lebih rapih dan uang kecil jadi terasa bernilai. Tak perlu kembalian permen.
4. Ibu-ibu memiliki kemungkinan besar menjadi pemain di bisnis ekonomi digital, dalam arti bukan hanya sebatas menjadi konsumen. Pengguna pembayaran non-tunai yang lebih baik memberikan peluang usaha yang cocok untuk ibu-ibu, seperti online shop, jasa titip dan lain-lainnya
5. Bagian dari pelestarian lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan uang cash, berarti mengurangi penggunaan kertas sebagai bahan baku pembuatan uang kertas dan atau mineral pembentuk logam sebagai bahan baku pembuatan uang logam
6. Resiko rendah jadi korban kejahatan secara langsung. Orang jahat mana yang nggak ngiler kalau lihat seseorang bawa uang banyak. Transaksi dengan cara non-tunai akan meminimalisir kesempatan orang berbuat jahat.
Untuk poin terakhir memang tidak bisa dipungkiri, dalam hal apapun selalu saja ada celah bagi pelaku kejahatan melancarkan aksinya. Kejahatan di dunia ekonomi digital mempunyai konsekuensi hukum yang berat. Beberapa kejahatan di dunia digital atau cyber crime yang harus diwaspadai diantaranya adalah Malware, phising, skimming dan pembajakan sim Card.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, waspada dan teliti diperlukan ketika melakukan transaksi non tunai, supaya lebih tenang dan merasa yakin saat bertransaksi secara non tunai. Nah, ada tips nih dari Bank Indonesia yang bisa digunakan:
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, waspada dan
teliti diperlukan ketika melakukan transaksi non tunai, supaya lebih tenang
dan merasa yakin saat bertransaksi secara non tunai. Nah, ada tips nih dari
Bank Indonesia yang bisa digunakan:
Ruang Lingkup perlindungan konsumen ini antara lain:
1. Instrumen pemindahan dan penarikan dana
2 APMK (Kredit, Debit atau ATM)
3. Transfer dana
4. Uang Elektronik
5. Penyediaan dan penyetoran uang rupiah
6. Penyelenggaraan sistem pembayaran lainnya
Adapun fungdi perlindungan konsumen ini adalah untuk:
1. Edukasi, memberikan pemahaman produk sistem pembayaran kepada masyarakat
2. Konsultasi, mengenai permasalahan penggunaan
3. Produk sistem pembayaran
4. Fasilitasi, upaya penyelesaian sengketa perdata antara konsumen
Jika memiliki masaah dengan layanan pembayaran ini, kotak pengaduan Bank Indonesia siap melayani di sini:
Semakin terbiasanya kita menggunakan transaksi non tunai, akan mempercepat kesuksesan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) Ibu sebagai pemegang banyak keputusan keuangan juga semakin cerdas membelanjakan uangnya.
Ibu digital biasanya tahu yang terbaik karena melakukan penelitian online sebelum melakukan pembelian dan penelitian ini lebih intensif daripada pengguna online lainnya, ya nggak?! Dan, Semakin pintar menjadi ibu digital harus dibarengi dengan kemampuan sebagai ibu digital yang melek ekonomi digital lebih baik.
Write a comment
Posting Komentar